By : Wolio - Shopfloor Management & Genba Kaizen Specialist
“You can’t manage if you can’t measure “, suatu kutipan yang bijak dalam mengelola shopfloor area yang terkait dengan pentingnya mengukur dan melakukan monitoring keberhasil kinerja dalam suatu operasional kerja. Dewasa ini salah satu pendekatan metode yang efektif dan telah banyak digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan bahkan organisasi pemerintahan, termasuk kinerja pencapaian di shopfloor area disebut "Key Performance Indicator (KPI)".
Dalam konteks pengelolaan operasional kerja di lapangan (shopfloor area) kita tidak bisa benar-benar mengharap untuk meningkatkan kinerja yang berprestasi lebih baik dari status pencapaian sebelumnya kecuali dapat mengukur setidaknya beberapa variable kunci yang mempengaruhi kinerja utama sebagai acuan dasar dalam melakukan pemantauan (monitoring) terhadap indikator keberhasilan standar yang harus dicapai sesuai dengan visi yang dicanangkan.
Sekalipun dalam pelaksanaannya banyak ditemukan bahwa variable utama KPI dalam sistem Balance Scorecard yang lebih luas diarahakan pada empat faktor yang utama meliputi ; Customer, Operasional, Financial dan Learning & Growth. Dalam kenyataannya untuk menerapkannya di jalur area operasional (shopfloor area) banyak yang mengikuti pendekatan lean management system dengan menfokuskan elemen-elemen KPI yang mutlak harus dipantau sebagai alat monitoring aktifitas proses produksi secara efektif dikenal dengan pendekatan QDCMS (Quality, Delivery, Cost,Moral dan Safety) sebagai berikut ;
Namun demikian, hampir sebagian besar masih ditemukan dibanyak perusahaan yang sangat sulit menentukan indikator KPI yang tepat untuk meningkatkan kinerja pencapaiannya karena belum memahami KPI dengan baik.
“You can’t manage if you can’t measure “, suatu kutipan yang bijak dalam mengelola shopfloor area yang terkait dengan pentingnya mengukur dan melakukan monitoring keberhasil kinerja dalam suatu operasional kerja. Dewasa ini salah satu pendekatan metode yang efektif dan telah banyak digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan bahkan organisasi pemerintahan, termasuk kinerja pencapaian di shopfloor area disebut "Key Performance Indicator (KPI)".
Dalam konteks pengelolaan operasional kerja di lapangan (shopfloor area) kita tidak bisa benar-benar mengharap untuk meningkatkan kinerja yang berprestasi lebih baik dari status pencapaian sebelumnya kecuali dapat mengukur setidaknya beberapa variable kunci yang mempengaruhi kinerja utama sebagai acuan dasar dalam melakukan pemantauan (monitoring) terhadap indikator keberhasilan standar yang harus dicapai sesuai dengan visi yang dicanangkan.
Ditatanan manajement yang bertanggung jawab mengelolah proses operasional perusahaan maupun organisasi, masih banyak ditemukan beberapa pihak yang bingung menentukan variabel-variabel apa saja yang penting untuk di ukur dengan konsisten. Sehingga masih banyak yang mempertanyakan maksud dan tujuan Key Performance Indicator (KPI).
Visualisasi & transparansi KPI di Shopfloor Area |
Key Performance Indicator (KPI) yang dalam bahasa Indonesia dikenal dengan “Indikator
Kinerja Utama” sebagai suatu alat yang banyak diterapkan untuk membantu menentukan
dan mengukur kemajuan pencapaian kinerja dengan menfokuskan pada variable-variabel
penting yang menjadi sasaran organisasi/perusahaan/pemerintahan.
Sebagai strategi
manajemen berbasis kinerja, pendekatan penerapan KPI dalam konteks shopfloor management yang di arahakan untuk mengembangkan kinerja tersebut dilakukan melalui tahapan evaluasi target pencapaian jangka pendek untuk mendukung status pencapaian KPI secara jangka panjang. Indikator keberhasilan yang harus diukur selalu disesuaikan dengan elemen pokok yang menjadi acuan suatu kelompok
kerja berdasarkan metrik yang menjadi target utama yang telah ditentukan.
Dalam penerapannya
variable metrik KPI yang akan dijadikan prioritas utama pada umumnya dikaitkan dengan
strategi organisasi yang mengacuh pada sasaran pioritas
manajemen dalam mewujudkan visi perusahaan, contohnya ; penerapan sistem
Balanced Scorecard (BSC) atau sistem Kartu Skor Berimbang
Indikator
kinerja utama merupakan bagian penting dari informasi yang diperlukan untuk
menentukan dan menjelaskan bagaimana proses produksi/pelayanan bisa berlangsung
dengan baik dari waktu kewaktu. Dibanyak perusahaan, pendekatan penerpan KPI juga sering digunakan untuk menilai keadaan kini suatu proses operasi dan menentukan
suatu tindakan terhadap keadaan tersebut untuk langkah perbaikan, termasuk
untuk menilai aktivitas-aktivitas yang sulit diukur seperti variable-variabel
yang terkait dengan pengembangan kepemimpinan, perjanjian, layanan, dan
kepuasan terhadap pelanggan.
Karakteristik
KPI dalam shopfloor manajemen harus memenuhi kriteria sebagai berikut ; (1) Kuantitatif :
disajikan dalam bentuk angka dengan menentukan seberapa baik memenuhi tujuan
mengatur operasional dan strategis. (2) Praktis: Mengintegrasikan dengan baik
proses perusahaan saat ini. (3) Direcsional : Membantu untuk menentukan apakah kinerja
suatu perusahaan/organisasi/kelompok kerja semakin baik atau buruk. (4) Ditindaklanjuti (follow up): Mencanangkan
tindakan penanggulanagan untuk menghasilkan perubahan lebih baik sesuai yang diinginkan.
Tindakan memantau setiap
perubahan melalui KPI adalah penting untuk memahami serta mamantau stabilitas
proses produksi dan jika terjadi ketidaksesuain terhadap sasaran target maka akan
sangat memungkinkan tindakan perbaikan yang cepat, strategis dan tepat sasaran. Penerapan
variable utama KPI sebagai metrik yang standard dalam konteks manajemen shopfloor berbeda beda disetiap
perusahaan, tergantung karakter dan target utama yang menjadi sasaran kelompok kerja yang berbasiskan strategi yang dicanangkan perusahaan.
Hal inilah yang menyebabkan kenapa KPI
merupakan bagian kunci suatu sasaran terukur yang terdiri dari arahan, tolok
ukur, target, serta kerangka waktu. Sebagai contoh: "meningkatkan kinerja
produktivitas dan outpun produksi dari 1000 unit menjadi 1200 unit akhir tahun 2013". Dalam
contoh ini, penghasilan jumlah produksi sesuai perioda waktu yang ditentukan adalah
suatu KPI.
Dibanyak perusahaan yang telah menerapkan pengukuran kinerja, hasil pencapaian yang diperoleh masih tersimpan secara tertutup, sehingga banyak pihak khususnya yang berkerja di area shopfloor (lapangan) tidak mengetahui variabel utama yang harus dicapai karena terkersan seakan hanya kalangan tertentu saja yang penting untuk mengetahui status kinerja pencapai yang ditargetkan. Hal inilah yang dimaksud dengan tidak adanya transparansi terhadap target perusahaan yang harus dicapai.
Dalam penerapannya di area kerja, setiap KPI harus tranparant
yang biasanya tervisualisasi ditempat yang strategis dengan menggunakan fasilitas dalam bentuk
papan control (scoreboard) dengan tampilan informasi yang singkat dan informatif
dan disajikan secara sederhana dalam bentuk table dan grafik yang mudah
difahami secara visual sehingga perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu dengan
isi informasi yang fokus terhadapa fakta yang ada akan dapat terlihat dengan jelas dan fahami bagi
siapapun yang melihatnya.
Perusahaan yang menerapkan lean manufacturing yang selalu
menyoroti perubahan perbaikan proses, sering menggunakan indikator kinerja
kunci untuk mengukur data mereka. Setiap manajer perusahaan harus
mengetahui perkembangan perubahan kinerja dengan baik untuk memahami indikator
keberhasilan yang telah tercapai atau kegagalan disebabkan kerana munculnya
permasalahan. Dengan demikian dapat dijadikan acuan untuk segera melakukan
penanggulangan dengan mencari solusi bagaimana memperbaikinya.
Sekalipun dalam pelaksanaannya banyak ditemukan bahwa variable utama KPI dalam sistem Balance Scorecard yang lebih luas diarahakan pada empat faktor yang utama meliputi ; Customer, Operasional, Financial dan Learning & Growth. Dalam kenyataannya untuk menerapkannya di jalur area operasional (shopfloor area) banyak yang mengikuti pendekatan lean management system dengan menfokuskan elemen-elemen KPI yang mutlak harus dipantau sebagai alat monitoring aktifitas proses produksi secara efektif dikenal dengan pendekatan QDCMS (Quality, Delivery, Cost,Moral dan Safety) sebagai berikut ;
1. Delivery/Production
Menjelaskan indikator kerja yang terkait
dengan volume produksi dalam bentuk target perencanaan serta pencapaian tingkat
output produksi secara periodik. Misalnya target dan realisasi produksi harian
maupun bulanan.
2. Quality
Menjelaskan indikator kerja yang terkait
dengan kualitas produksi dalam bentuk target perencanaan serta pencapaian
secara periodik. Misalnya target dan realisasi secara harian maupun bulanan.
Defect Rate, First Run Rate dll.
3. Cost (Productivity)
Menjelaskan indikator kerja yang terkait
dengan produktifitas secara periodik. Misalnya target dan realisasi efisiensi
dan produktifitas seperti Produktivitas proses produk (Production productivity)
dalam persen (%), efisiensi produksi (production efficiency), Jam orang
per-unit yang biasa dikenal dengan JOPU, Overall . Overall Equipment Effectivenes
(OEE) yaitu indicator yang sangat ampuh untuk memantau produktivitas mesin,
orang dan material dll.
4. Moral
Moral yang baik adalah suatu aspek yang
mutlak harus dimiliki oleh setiap karyawan, karena dari pembentukan moral yang
baik akan bermuara pada terciptanya disiplin yang tinggi. Pembentukan moral bagi karyawan perlu
topang dengan menciptakan lingkungan
kerja bagi karyawan agar bekerja
dengan bangga dengan loyalitas yang tinggi agar tumbuh
kepercayaan yang dapat mengembangkan potensi
mereka, untuk mewujudkan
pertumbuhan diri karyawan.
Aspek moral yang dapat dijadikan sebagai KPI dapat dipantau
dengan memonitor status, skill & kinerja keberhasilan yang dimiliki setiap
orang. Misalnya ; Kehadiran, skill matrix, training progress dll.
5. Safety
Factor Safety dalam area
shoopfloor pada dasarnya bukan hanya merupakan suatu aspek yang merupakan
prioritas, akan tetapi juga merupakan kebutuhan. Setiap pekerja menginginkan
keamanan lingkungan kerja yang standar dengan demikian areal kerja perlu
dirancang agar mudah dioperasikan, membuat pekerjaan cepat, nyaman, efisien dan
ergonomis. Setiap karyawan dalam bekerja perlu mengantisipasi dan mengurangi faktor-faktor risiko potensial
efisien dan berusaha untuk mencegah kecelakaan kerja.
Dengan demikian aspek
safety tidak lepas dari aspek yang harus di pantau dalam bentuk KPI.
Namun demikian, hampir sebagian besar masih ditemukan dibanyak perusahaan yang sangat sulit menentukan indikator KPI yang tepat untuk meningkatkan kinerja pencapaiannya karena belum memahami KPI dengan baik.
Tujuan KPI shopfloor :
Memberikan
bentuk penyajian informasi yang lebih informatif dan terstruktur untuk
mengetahui sejauh mana kinerja pencapaian dalam keberhasilan mewujudkan target
kerja yang telah ditetapkan.
KPI merupakan indikator yang memberikan informasi
sejauh mana kita telah berhasil mewujud kan target kerja yang telah kita
tetapkan di setiap kelompok kerja sbb :
- Indikator KPI harus bersifat terukur secara baik dan sistimatis.
- Indikator KPI juga merujuk pada hasil kerja (output kerja) yang harus terpantau.
- Ukuran keberhasilan harus menunjukkan indikator kinerja yang jelas, spesifik dan terukur (measurable)
- Indikator KPI harus mendorong peningkatan kinerja bukan hanya memantau kinerja.
- Indikator KPI dapat berubah seiring dengan perubahan waktu dan fokus strategi dan visi perusahaan.
- Indikator KPI harus mudah difahami dan memberikan umpan balik untuk kelompok kerj dan manager.
- Indikator KPI harus bervariasi di tiap kelompok kerja sesuai target dan visi kelompok kerja.
Artikel ini sangat membantu.. boleh tau sumber/referensi dari artikle ini??
BalasHapusthanks..
Artikel secara spesifik nggak ada .... karena tulisan diatas dibuat berdasarkan kumpulan dr pengalaman yang pernah kami lakukan/implementasikan ketika masih bekerja di perusahaan yg terkenal telah memiliki reputasi yg baik seperti Samsung Electronic, Mitsubishi & Mercedes Benz, Chrysler dll. Thanks
BalasHapus