Selasa, 23 April 2013

Belajar Kepemimpinan dari Akio Toyoda

Suatu hari yang bersejarah beberapa tahun yang lalu, tepatnya Jum'at 5 Maret 2010. Adegan yang menggetarkan berlansung disebuah kantor pusat perusahaan mobil terbesar di jagad ini. Adalah Akio Toyoda, sang CEO, mengenakan jacket seragam Toyota berwarna abu-abu berdiri penuh wibawa didepan ribuan karyawannya. Di pabriknya, ratusan ribu karyawan Toyota ikut mendengarkan dengan serius wejangan dari sang CEO.

Sesaat kemudian, terdengarlah sebuah kalimat penuh karisma,"Hari ini begitu indah, maka marilah kita songsong hari yang indah ini dengan semangat baru, optimisme baru serta rasa percaya diri yang besar dengan tetap membawa nilai-nilai Toyota yaitu nilai-nilai yang dikenal dengan kerendahan hati serta semangat kaizen (perbaikan terus menerus)...!Kita akan segera membuat permulaan baru untuk kejayaan perusahaan kita".Setelah itu, Akio Toyoda mengakhiri petuahnya. Acara tersebut menjadi semacam pencanangan sebuah semangat (spirit) bahwa Toyota tengah menuju awal yang baru dan natinya akan dicatat dalam sejarah dengan tinta emas. Dari pojok kampus termewah dan tercanggih dibelahan dunia sana, hingga kampus sederhana disebuah kota kecil disudut pelosok indonesia, paling tidak dapat belajar banyak dari memontum penting perjalanan Toyota tentang ilmu dan kepimipinan yang luar biasa yang dipertontonkan.

Meski memunginkan masih harus diuji oleh waktu, tindakan kepimimpinan Toyoda yang memompa semangat karyawan Toyota untuk tetap selalu bekerja prima dalam keadaan apapun termasuk situasi serius yang lagi melanda Toyota saat itu, sangat berpengaruh besar pada peningkatan yang istimewah menyangkut kinerja perusahaan Toyota dimasa-masa mendatang. Dengan itu Toyota akan menjadi produsen nomor  wahid di dunia. Apa yang dilakukan oleh Akio Toyoda saat itu merupakan bagian "roadshow" yang memang dijalankannya paska "tragedi" penarikan jutaan mobil Toyota karena persoalan pedal gas dan rem kenderaan Totoya yang dipasarkan saat itu. Langkah awal yang sederhana, namun menyentak kasadaran para pemimpin bisnis dunia adalah apa yang dilakukan Toyoda tidak lain adalah  "memintah maaf kepada pelanggan Toyota di Jepang".

Tidak hanya di Jepang saja, Akio Toyoda lalu ia bergerak lebih jauh dengan mengunjungi Amerika yang juga mengalami persoloan yang sama tentang ditemukannya kecatatan sebagaimana yang disebutkan diatas. Benar, dihadapan senat Amerika yang terkenal galak, angkuh, tidak mau diajak kompromi bahkan terkadang menyebalkan, Toyoda sama sekali tidak menunjukan sikap defensif yang cenderung membeladiri atau berkelit dari persolana yang sedang dihadapi. 

Cecaran anggota senat Amerika yang mempersoalkan kasalahan pada pedal gas dan rem yang menyebabkan puluhan pengendara Toyota di Amerika mengalami kecelakaan, tidak didebat begitu saja oleh Toyoda. Ia hanya memintah maaf dengan tulus dan menjamin bahwa semua kerugian akibat kesalahan tersebut akan ditanggung oleh Toyota. Sungguh suatu sikap yang telah menunjukan tanggung jawab penuh demi menjaga nama besar Toyota. Demikian pula ketika berkunjung ke China, pangsa pasar Toyota dengan pertumbuhan paling besar didunia. Ketika tiba di China, Akio Toyoda membungkukan badan khas Jepang sebagai tanda penghormatan  istimewah terhadp rakyat China. Persis seperti di Amerika, di China, Akio Toyoda tidak membela diri. Semua kelalaian di akui dengan jiwa besar dan kerendahan hati. Tanpa merasa rendah diri, Akio Toyoda memintah maaf dan berjanji akan memperbaiki kelalaian itu di bawah tanggungan organisasi bisnis yang dipimpinnya.

Apa yang terjadi ketika Akio Toyoda meminta maaf  atas kecatatan produk Toyota saat itu.....? Apresiasi luar biasa dari para pelanggannya di seluruh dunia. Di Amerika selama bulan Februari 2010 saat itu, penjualan Toyota tetap menduduki puncak tangga walaupun terjadi penurunan 9 persen. Hal ini jauh dibawah penurunan 50 persen seperti diramalkan para pengamat. Sementara itu produk bermerk Toyota "Prius" yang bermasalah pada pedal rem tetap menjadi pilihan utama mobil jenis hibrida.

Mutiara di balik sikap Akio Toyoda
Perilaku kepemimpinan Akio Toyoda sesungguhnya merupakan peneguhan dari sekian banyak penelitian yang dilakukan dua profesor tersohor Kouzes dan Posner tentang kredibilitas seorang pemimpin. Setelah melakukan penelitian tahun 1987 dan selalu mengalami penyempurnaan dari waktu ke waktu, "KEJUJURAN" senantiasa menjadi pilihan utama para responden. Kejujuran (trust) tersebut tak lain adalah nilai kepemimpina (leadership value). Pilihan selanjutnya diikuti oleh ciri-ciri berpikiran kedepan (visioner), inspiring, kompeten dan bertindak adil. Bagi responden, kejujuran mutlak dijadikan nilai utama pemimpin. Oleh Kouzes dan Posner, kejujuran (trust) merupakan fondasi yang paling mendasar bagi pemimpin untuk membangun kredibilitasnya sehingga semakin kokoh kejujuran pemimpin dimata konstituen, pengikut, atau anggota organisasi yang dipimpinnya.

Sebagai pewaris ke tiga dinasti pemilik Toyota, kemampuan Akio Toyoda, yang masih cucu pendiri Toyota Sakachi Toyoda otu, pada awalnya sangat diragukan. Apalagi dalam perjalanan waktu paska Sakichi Toyoda lengser dari CEO, semua pengganti Sakichi Toyoda adalah para profesional yang berasal dari luar dinasti kelurga pendiri Toyota. Namun dalam waktu singkat Akio Toyoda mampu menepis keraguan tersebut. Ditangan akio Toyoda,  Toyota berhasil menaklukan General Motor (GM) sebagai produsen nomor satu dunia.

Ketika Toyota mengalami krisis terbesar dalam sejarahnya pada awal tahun 2010 saat itu, lewat kesalahan produksi jutaan mobil, publik  kemudian menanti strategi apa yang akan dilakukan oleh Akio Toyoda terlebih lagi kesalahan produk tersebut sebagian besar terjadi di Amerika, dimana pemerintah Amerika memiliki kartu truf untuk menjinakan kejayaan toyota di Amerika saat itu. Senat Amerika memiliki posisi tawar tinggi untuk menggebuk Toyota di negaranya. Dalam menghadapi situasasi seperti itu, ternyata Akio Toyoda cukup menggunakan strategi kepemimpinan paling kuno namun tetap abadi sepanjang jaman yaitu "KEJUJURAN".

Akio Toyoda tidak merasa perlu menyewah konsultan PR terbaik di dunia untuk mengabarkan kepada dunia bahwa kesalahan ini hanya masalah tehnik belaka, dan bukan karena kecerobohan dalam proses produksi,. Akio Toyoda juga tidak menggunakan pengacara kaliber dunia untuk mendapinginya, tatkala harus berhadapan dengan senat Amerika. Akio Toyodapun tidak menggunakan strategi manajemen paling kontemporer tentang manajemen krisis. Semua menjadi lenyap tatkala Toyoda memepertontonkan "mantra" kepemimpinan yang dahsyat yakni "KERENDAHAN HATI dan KEJUJURAN" yang diaktualisasikannya sedemikian sempurna.

Saat ini, kajian manajemen paling populer terkait cara mengelola perusahaan paling efektif, tak lain tak bukan adalah "Toyota Way" yang dikenal juga sebagai "Toyota Production System". Ada pedoman-pedoman ampuh dalam Toyota Way dan Akio Toyoda memberikan pelajaran jelas tentang berbagai pedoman ampuh bahwa dalam Toyota Way itu hanya bisa dilakukan apabila mendapat dasar kokoh yang bernama "KEJUJURAN" para pemimpin. Tidak perduli pada level apa pemimpin tersebut berkarya.

Pelajaran kepemimpinan (dan bahkan kehidupan) dari seorang Akio Toyoda itu sayangnya, sekaligus celakanya, sangat langkah ditemui di negeri indah tercinta yang disebut Indonesia ini. Salah satu kebutuhan terbesar bangsa ini adalah nilai kejujuran yang wajib melekat pada diri para pemimpin. Itu sebabnya kita sulit menjadi bangsa yang sunguh sunguh besar. kalaupun kita menyebut diri besar, itu sekedar slogan. Nilai kejujuran menjadi salah satu barang paling langkah di Indonesia. (Reference : Culture Based Leadership)








Tidak ada komentar:

Posting Komentar